Sabtu, 23 Februari 2013

Teori Cahaya



 Kamu bisa membaca tulisan ini karena adanya cahaya. Kamu bisa melihat wajah teman di sampingmu juga karena cahaya, bisa melihat artis idola kamu, lagi-lagi karena cahaya. Kali ini tokoh utama kita adalah si "cahaya". Siapa sih yang tidak kenal dengan cahaya. Hayooo...

Hidup kita memang tidak lepas dari cahaya. Sama seperti kita tidak mungkin terpisah dengan udara. Orang yang tidak dapat melihat pun tetap sangat butuh dengan cahaya. benerkan?? Kalau tidak ada cahaya bagaimana sayuran yang kita makan dapat befotosintesis, kalau tidak dapat berfotosintesis bagaimana ia dapat menjadi sayur, kalau tidak jadi sayur bagaimana kita bisa makan, kalau tidak makan bagaimana kita bisa hidup. nah..terbuktikan ! bagaimana cahaya itu membuat kita sangat membutuhkannya dan tidak bisa jauh darinya. 

ku tak bisa...jauh..jauh..darimu #lagu

okee...kita akan memasuki area seriuss..

Kita akan membahas tentang perkembangan teori Cahaya

Pada abad ke-17, terdapat dua teori yang yang membahas tentang cahaya, yaitu teori gelombang dan teori partikel. Pencetus dari teori gelombang adalah Christian Huygens (1629-1695), seorang ahli fisika dan matematika berkebangsaan Belanda, teori yang diajukannya mendapat dukungan dari Robert Hooke (1635-1703), beliau ahli fisika berkebangsaan Inggris. sedangkan teori cahaya sebagai partikel dicetuskan oleh Sir Isaac Newton (1642-1727) serta didukung oleh P.S Laplace (1749-1827) seorang ahli matematika berkebangsaan Prancis. Sampai abad ke-17 teori tesebut tetap diakui karena kedua teori tersebut dapat menjelaskan sifat-sifat dari cahaya. Selanjutnya terbagi dua kelompok dalam membahas cahaya, penganut teori gelombang dan penganut teori partikel, hal ini terjadi selama satu abad.

1. Teori partikel

Newton berpendapat bahwa cahaya terdiri atas partikel-partikel yang sangat kecil dan ringan yang memancar dari sebuah sumber kesgala arah. berikut beberapa alasan yang mendukung teori tersebut.

a.  Teori partikel menjelaskan bahwa perambatan cahaya berupa garis lurus. Para penganut    teori ini menentang teori gelombang, karena menurut mereka jika cahaya merupakan gelombang maka semestinya saat bunyi masih terdengar dibalik penghalan atau dibalik tembok maka cahaya pun seharusnya masih dapat dilihat, tapi pada kenyataanya, cahaya tidak dapat melewati tembok atau penghaang tersebut sehingga cahaya tidak dapat kita lihat. Jadi menurut penganut teori ini, memang cahaya bukanlah gelombang.
b.  Adanya pemantulan cahaya. Ketika cahaya mengenai permukaan yang halus dan rata seperti cermin maka cahaya itu akan dipantulkan kembali denan sudut yang sama. Dengan teori partikellah pemantulan cahaya dapat dijelaskan.
c.  Selanjutnya Newton memperkuat teorinya lewat pembiasan cahaya. bahwa kecepatan cahaya di dalam air lebih cepat dari kecepatan cahaya pada saat melewati udara. 
Akan tetapi pendapat tentang pembiasan cahaya hanya dapat bertahan hingga tahun 1850. Setelah itu, pendapat ini tidak dapat dipertahankan lagi ketika seorang ahli fisika Prancis, Leon Foucault (1819-1868) mendemonstrasikan hasil pengukuran kecepatan cahaya lewat berbagai medium. Beliau mendapatkan bahwa kecepatan cahaya diudara lebih cepat dibanding kecepatan cahaya dalam medium air. Jadi, setelah terungkapnya masalah ini, maka teori partikel setelah tahun 1850 mulai banyak ditinggalkan, orang lebih banyak beralih pada teori gelombang.

2. Teori Gelombang
Christian Huygnes berpendapat bahwa cahaya pada dasarnya sama dengan gelombang bunyi. Perbedaanya terjadi pada frekuensi dan panjang gelombang. Huygnes dianggap sebagai penemu gelombang cahaya. Lewat teori ini, maka pemantulan dan pembiasan dapat dijelaskan secara mendetail, serta teori gelombang ini dapat juga menjelaskan dengan baik peristiwa difraksi cahaya dan interferensi cahaya. Tapi teori ini juga mempunyai kelemahan, yaitu tidak dapt mejelaskan tentang perambtan cahaya berupa garis lurus.


Daftar Pustaka :
Kamajaya. 2007. Cerdas Belajar Fisika. Bandung. Penerbit Grafindo  Media   Pratama